Terus terang, I'm so cancer. Yes, Cancer, a caring, moody, sensitive, home, loyal, friend-oriented, forgive but never forget, and orang yang lebih menggunakan intuisi dan emosi. Emosi di sini bukan emosi marah-marah, tapi lebih mengunakan perasaan. Maklum, cancer adalah orang yang sensitive dan mellow. Cancer sering menggunakan ke-sensitive-an mereka untuk mendeteksi perasaan atau suasana hati orang lain dan mendeteksi karakter orang lain. Jadi, orang Cancer tidak perlu banyak bertanya untuk mengetahui suasana hati orang lain, dan lain-lain. Kadang itu menyenangkan dan memberi keuntungan. Namun, kadang juga itu membuatku mudah men-judge orang lain.
Well, aku selalu berusaha untuk tidak melihat atau men-judge orang lain hanya dengan menggunakan intuisi dan penampilan yang aku tangkap saja, karena terkadang itu membuat pikiranku menjadi sempit. Siapa sih yang tahu dalamnya hati seseorang atau pikiran seseorang? Intuisi ku berkata begini, begitu... Feelingku bilang begini, begitu.... Eh, ternyata orang itu lebih dari apa yang kita pikir atau kurang dari apa yang kita pikir.
Pikiran itu membentuk suatu bentuk yang kita anggap sebagai judgement. Kita men-judge seseorang. Dengan judgement yang telah kita bentuk, maka akan muncul ekspektasi-ekspektasi dari pikiran kita terhadap orang tersebut. Ekspektasi berujung pada apa yang kita harapkan dari orang tersebut terhadap sikap-sikap atau perilaku yang dia lakukan atau ambil. Kalau dia tidak melakukan sesuai yang kita harapkan, maka kita akan kecewa dan menyalahkan orang tersebut. Menganggap hal yang mereka lakukan itu buruk.
Bingung?
Contohnya begini, misalnya aku punya gebetan, (contohnya...). Berdasarkan analisis ku terhadap dia selama dekat dengan dia adalah dia itu orangnya cool, keren, perhatian, setia kawan, gak banyak bicara, cuek, akrab sama teman-teman, baik dan terutama dia berperilaku sebagai cowok yang sedang pdkt, hehehee.... Ini yang kita sebut judgement. Dari judgement itu ada yang kita anggap buruk dan baik.
Berdasarkan judgement yang aku bentuk, harusnya dia, sebagai orang yang sedang berusaha untuk jadi cowok terdekatku, harus dengan segera ngebales sms-ku, atau bisa jemput atau nganter kita dengan mobil atau motornya segera. Atau harusnya dia rajin sms-in aku tiap hari, buat hanya sekedar nanya kabar. Nah, kita sudah membuat ekspektasi terhadap seseorang.
Ternyata kenyataannya dia lama ngebales sms, ternyata dia suka sedang pergi dengan temannya dan tempatnya jauh jadi tidak bisa jemput atau nganter aku, ternyata dia jarang sms, paling cuma 3 hari sekali, itu pun sekedarnya, ternyata dia gak pernah ngomong sesuatu yang manis sama aku, dan lain-lain. Akhirnya aku jadi kesel sama dia, dalam hati maki-maki, niat pdkt gak sih ni cowok! Ini udah di fase dimana ternyata dia kurang dari yang kita harapkan atau kira.
Padahal dibalik itu semua, dibalik semua kekecewaan aku karena dia tidak sesuai yang aku harapkan, ada alasan-alasan tertentu yang membentuk dia menjadi 'Diri dia apa adanya'.
Dia adalah friend-oriented yang lebih suka gabung dengan teman-temannya namun tetap merasa paling nyaman di dekat orang yang dia sayang. Dia adalah orang yang tidak bisa bergombal ria dengan kata-kata rayuan nan manis dan menggoda, namun dia selalu bisa menenangkan hati dengan kata-kata dalam dan tegasnya saat aku butuh dukungan. Dia punya sikap yang hanya ada buat aku. Dia hanya sms 3 hari sekali namun tahu moment-moment terpentingku. Dia adalah orang yang berjiwa bebas dan tidak suka dikekang. Ini fase dimana kita tersadar bahwa dia hanya menjadi dirinya sendiri, dan ketika kita tahu itu, kita malah menemukan sesuatu yang lebih dan tentu sangat menenangkan.
Memang, men-judge sesuatu biasanya terjadi secara otomatis. Namun ingatlah bahwa judgement itu membentuk ekspektasi-ekspektasi. Berusahalah untuk tidak terpatok pada ekspektasi-ekspektasi tersebut, dan nikmati saja pengalaman baru berhadapan dengan karakter-karakter yang berbeda. Nikmati saja proses ketika kita berusaha bekerja sama dengan sesuatu yang di luar ekspektasi kita. It's an adventure!
Pengertianlah, ketika kita menganggap seseorang itu bersalah karena membuat kita kecewa, seseorang tersebut hanya sedang menjadi dirinya sendiri yang ternyata berbeda dari yang kita harapkan. Terimalah diri dia apa ada.
Ingat juga, Apa yang buruk menurut kita belum tentu buruk menurut orang lain. Dan apa yang baik menurut kita belum tentu baik menurut orang lain.