Pada
saat penutupan kelas public speaking di Tobucil & Klabs, para
peserta kelas harus bicara di depan para juri tentang tugas besar di kelas public
speaking yang kali ini dengan tema "Bunga Tidur" alias mimpi.
Sambil mendengar mereka bicara, pikiranku pun ikut melayang-layang, nggak
jauh-jauh amat sih, cuma ke masa lalu. Ouch!
Aku
ingat ketika kecil aku sering menginap di rumah pakde di daerah Batu, Malang
yang super sejuk dan dingin. Rumahnya memang di dekat gunung yang aku juga
kurang tau namanya. Dinginnyaaaa bangeeetttt!! Dan di rumahnya selalu banyak
selimut berbulu dan tebal yang nyaman banget, bikin nggak mau beranjak dari
kasur, dan kalaupun bisa beranjak, aku nggak bisa lepas dari pelukan selimut
tebal itu.
Setiap
datang ke rumahnya, aku selalu ditawarin macam-macam. Mau jajan apa? Mau
jalan-jalan ke mana?
Mau
beli kaset baru nggak? Dan berbagai penawaran lainnya... Hehehee... Aku sih
selaku anak kecil pada saat itu, girangnya bukan main ditawarin macam-macam.
Berasa jadi cewek gaul bingitss lah... Semua aku iya-in. Dan semua memang
dibeliin sama pakde ku. Hahahaaa...
Ketika
mau tidur, pakde ku selalu bilang "Besok ceritakan mimpi kamu ya..." Aku cuma
mengangguk karena ngantuk, maklum daerah dingin memang membuat jadi cepat
ngantuk.
Esok
paginya aku bangun siang, hahahaa... Pakde aku memang selalu membiarkan
keponakannya ini melakukan sesuatu sesuka hati, pokoknya dimanjain bangetlah. Kalau di rumah sendiri pasti bakal dimarahi kalau bangun siang. Di meja udah
tersedia teh hangat dan gorengan yang enak buatan tante aku. Hmmm... Hidung aku suka
menari-nari girang kalo udah di rumah pakde, karena selalu ada makanan enak
yang menggoda aromanya dan rasanya bikin lidah senam mulu...
Sambil
duduk di kursi ruang tamu, aku makan dengan bahagia, mood pagi aku bener-bener
bagus karena efek dimanjain. Eh, ternyata pakde aku udah nunggu aku dengan
tatapan penasaran. Dan aku lebih penasaran lagi. Ada apa gerangan?
Ah,
aku tau... pasti bentar lagi beliau akan nanya....
"Kamu
mimpi apa semalam?" tanya pakde aku dengan bahasa Indonesia yang medok.
Tuuuhhh... pertanyaan itu lagii!!
Aku
selalu menghadapi pertanyaan ini setiap kali datang ke rumah pakde. Dan
jawabannya kadang dari hal keremaja-remajaan, seperti ketemu gebetan, ketemu
artis, atau jalan-jalan sama temen sekelas, hingga yang angker seperti mimpi
jalan di kuburan, ketemu ular, dan lain-lain. Mimpi pertama yang aku ceritakan
adalah mimpi tentang aku membeli pakaian di Plaza Batu, sebuah mall kecil di
tengah kota.
Dulu
awalnya aku pikir pakde aku bakal menafsirkan mimpi aku lewat-lewat kata-kata
yang diharapkan bisa memotivasi aku. Aku sudah menunggu-nunggu tafsiran itu
keluar dari mulutnya. Sayang tidak. Beliau malah membuka buku kecil yang
ternyata sudah dipegangnya. Mata beliau berkeliaran mencari dari satu halaman ke
halaman lain. Mata ku pun mengikutinya, penasaran. Aku intip sampul depan bukunya,
mencari tau judul bukunya. Kosong. Cuma warna putih yang ternyata itu adalah
kertas sampulnya. Mataku terus beralih pada isi tulisan di halaman yang sedang
dibuka. Tidak ada kalimat sama sekali, cuma ada gambar dan angka-angka. Aku
bener-bener nggak tau buku apa itu, maklum masih bocah polos umur 9 tahun. Baru
lah setelah beberapa kali mendengar pakde bergumam-gumam sendirian, meluncurlah
kata 'togel' dari mulut beliau. OH!
Mata
pakde ku berhenti di satu halaman, dan mencatat sesuatu di telapak tangannya.
Kembali membaca lagi, lalu mencatat lagi. Beliau menghadap ku, "Mimpi apa
lagi?", tanya beliau, masih berusaha menemukan clue lainnya.
"Lupa,
cuma inget itu aja pakde..." jawabku sambil mengunyah gorengan.
Beliau
tersenyum cukup puas, lalu menutup bukunya kembali. "Ya udah lanjutkan
makannya, nanti kalau kamu inget mimpi apa lagi, langsung cerita ya..."
Dan
beliau langsung asyik dengan dunianya sendiri. "Belajar matematika",
itu jawabannya jika ada yang bertanya apa yang beliau lakukan. Ya memang benar
sih, beliau menghitung-hitung dengan rumus yang entah lah siapa yang
menemukannya atau mungkin rumus itu malah dari dunia lain. Bisa jadi. Tapi
intinya, dari rumus itu menghasilkan suatu angka, nomor togel. Wajah beliau
seketika berubah makin cerah jika sudah berhasil memecahkan hitungannya dan
menemukan nomor togel hasil perhitungannya. Bergegaslah pakde ku keluar rumah
dan kembali pada siang hari.
Sepanjang
hari biasanya pakde harap-harap cemas. Menunggu hasil nomor togel yang keluar
hari itu. Dan setahu aku, beliau selalu tersenyum bahagia. Sepertinya nomor
hasil hitung-hitungan rumus dari mimpi aku sering keluar. Tapi aku tidak pernah
tahu berapa banyak uang yang beliau dapat hasil dari judi togel itu.
Entah
aku harus bahagia atau sedih dengan itu... Tapi semakin beranjak dewasa,
kebiasaan pakde ku itu tetap ada setiap kali aku berkunjung ke rumahnya. Dan
aku juga makin tidak ada stok mimpi. Lagi pula aku juga tidak mau pakde ku
semakin jauh ke dalam hal negatif.
Pakde
ku memang orang yang tradisional, masih memegang kuat adat istiadat dan
berbagai kepercayaan lainnya. Beliau juga masih menaruh sesaji di rumah dan
sering kali mandi di kali tiap malam jumat dengan bunga tujuh rupa. Beliau
selalu bangga karena ritual-ritual yang beliau lakukan membuatnya awet muda.
"Yah kalo ganteng sih nggak papa tetep awet muda", begitu goda ku
setiap kali pakde membicarakan kebiasaannya itu. Hahahahaa...
Apapun
itu, semoga pakde ku yang aku sayangi itu segera dilunakkan hatinya yang keras
agar bisa menerima segala petunjuk yang benar agar hidupnya lebih berkah, agar
mau mendengar nasihat-nasihat baik dari keluarga besar, agar segera sadar bahwa
perbuatan-perbuatannya itu musyrik. Kami semua menyayangimu pakde, kami cuma
ingin pakde kembali ke jalan yang benar...