"Bangga dengan produk
dalam negeri". Tagline ini yang sekarang ramai disebarluaskan di
masyarakat agar lebih mencintai produk dalam negeri. Kita harus merasa bangga
akan produk lokal asli Indonesia yang kualitasnya tak kalah dengan produk luar negeri.
Tapi yang akan saya bahas bukan masalah kualitas produk dalam negeri. Ini
tentang kata 'Bangga'. Kata yang sangat dinantikan oleh seorang anak dari orang
tuanya, kata yang akan membakar semangat seorang pria jika disampaikan oleh
pacarnya yang cantik, kata yang membuat diri kita lebih merasa besar.
Saya pun
begitu. Saya adalah tipe orang merasa bangga dengan apapun milik saya dengan
kadar lumayan akut. Mau itu barang, manusia, hewan, sifat, hasil karya, ide,
dan lain-lain. Tak peduli kalo ternyata sesuatu milik saya itu lebih jelek atau
memang lebih baik. Nyatanya, saya selalu bisa menemukan kelebihan dari sesuatu
milik saya itu dan menemukan kekurangan dari sesuatu yang menjadi
pembandingnya. Saya bisa sangat menutup mata akan kekurangan dari sesuatu milik
saya itu dan terus membanggakannya, sombong bahkan sekaligus pamer. Bad habit!
Suatu hal pasti memiliki dua
sisi, baik dan buruk. Memiliki rasa bangga pun juga begitu. Sisi baiknya adalah
kita bersyukur dengan apa yang kita miliki. Sedangkan sisi buruknya adalah
sombong dan pamer. Jika kita bersyukur, kita akan menjadi orang yang rendah
hati. Namun, jika kita sombong dan pamer, maka kita akan menjadi orang yang
tinggi hati. Rendah hati adalah obat hati, sedangkan tinggi hati adalah
penyakit hati. Ingat jaman pelajaran waktu SD, tinggi hati adalah penyakit hati
yang harus kita hindari. Ini bukan serta merta teori semata. Semua agama
melarang kita untuk memiliki sifat tinggi hati. Efek nyata yang tidak ada
baik-baiknya, jelas sudah sangat banyak terjadi. Dari mulai efek sosial hingga
efek kriminal.
Memang tidak mudah untuk
menghindari sisi buruknya, karena terkadang hal itu muncul secara spontan. Saya
pun juga masih berusaha untuk mengontrol diri. Walau susah, tapi bisa kita
redam agar tidak berbelok ke sisi buruk. Untuk menghindari sisi buruk dari
suatu rasa bangga, maka hal yang pertama adalah mengubah mindset kita dengan
membuka mata dan pikiran kita agar lebih peka terhadap sekitar. Kedua adalah
menahan mulut kita agar tidak terlalu banyak bicara, bicaralah sesuatu yang
berguna. Kasihan jika mulut kita memiliki banyak dosa... Ketiga,
sering-seringlah introspeksi diri. Keempat, perbanyak sedekah. Jangan remehkan
kekuatan sedekah, jangan pula menertawakannya, karena mungkin akan banyak hal
ajaib terjadi setelah kita bersedekah. Sedekah juga membuat kita lebih mudah
bersyukur. Kelima, jelaslah kita harus terus perbanyak ibadah kepada Tuhan,
karena kita tidak tahu kapan usia kita akan berakhir. Tentu kita tidak mau
menyia-nyiakan usia kita dengan diisi oleh rasa tinggi hati dan usaha untuk mendapat perhatian orang lain.
Langkah-langkah di atas
memang tidak mudah, saya pun merasakannya untuk menyembuhkan penyakit hati yang
saya derita ini dengan obat hati syukur. Namun tak akan rugi kok. Hidup jadi lebih jadi lebih nyaman, bahagia dan tanpa beban. Buatlah diri sendiri dan orang-orang yang kamu sayangi bangga pada dirimu tapi tetap rendah hati dan bersyukur.
No comments:
Post a Comment