photo ppcopy-1.png

Tuesday, June 16, 2015

Bunga Tidur




Pada saat penutupan kelas public speaking di Tobucil & Klabs, para peserta kelas harus bicara di depan para juri tentang tugas besar di kelas public speaking yang kali ini dengan tema "Bunga Tidur" alias mimpi. Sambil mendengar mereka bicara, pikiranku pun ikut melayang-layang, nggak jauh-jauh amat sih, cuma ke masa lalu. Ouch!

Aku ingat ketika kecil aku sering menginap di rumah pakde di daerah Batu, Malang yang super sejuk dan dingin. Rumahnya memang di dekat gunung yang aku juga kurang tau namanya. Dinginnyaaaa bangeeetttt!! Dan di rumahnya selalu banyak selimut berbulu dan tebal yang nyaman banget, bikin nggak mau beranjak dari kasur, dan kalaupun bisa beranjak, aku nggak bisa lepas dari pelukan selimut tebal itu.

Setiap datang ke rumahnya, aku selalu ditawarin macam-macam. Mau jajan apa? Mau jalan-jalan ke mana?
Mau beli kaset baru nggak? Dan berbagai penawaran lainnya... Hehehee... Aku sih selaku anak kecil pada saat itu, girangnya bukan main ditawarin macam-macam. Berasa jadi cewek gaul bingitss lah... Semua aku iya-in. Dan semua memang dibeliin sama pakde ku. Hahahaaa...

Ketika mau tidur, pakde ku selalu bilang "Besok ceritakan mimpi kamu ya..." Aku cuma mengangguk karena ngantuk, maklum daerah dingin memang membuat jadi cepat ngantuk.

Esok paginya aku bangun siang, hahahaa... Pakde aku memang selalu membiarkan keponakannya ini melakukan sesuatu sesuka hati, pokoknya dimanjain bangetlah. Kalau di rumah sendiri pasti bakal dimarahi kalau bangun siang. Di meja udah tersedia teh hangat dan gorengan yang enak buatan tante aku. Hmmm... Hidung aku suka menari-nari girang kalo udah di rumah pakde, karena selalu ada makanan enak yang menggoda aromanya dan rasanya bikin lidah senam mulu...

Sambil duduk di kursi ruang tamu, aku makan dengan bahagia, mood pagi aku bener-bener bagus karena efek dimanjain. Eh, ternyata pakde aku udah nunggu aku dengan tatapan penasaran. Dan aku lebih penasaran lagi. Ada apa gerangan? 

Ah, aku tau... pasti bentar lagi beliau akan nanya....
"Kamu mimpi apa semalam?" tanya pakde aku dengan bahasa Indonesia yang medok. Tuuuhhh... pertanyaan itu lagii!!

Aku selalu menghadapi pertanyaan ini setiap kali datang ke rumah pakde. Dan jawabannya kadang dari hal keremaja-remajaan, seperti ketemu gebetan, ketemu artis, atau jalan-jalan sama temen sekelas, hingga yang angker seperti mimpi jalan di kuburan, ketemu ular, dan lain-lain. Mimpi pertama yang aku ceritakan adalah mimpi tentang aku membeli pakaian di Plaza Batu, sebuah mall kecil di tengah kota.

Dulu awalnya aku pikir pakde aku bakal menafsirkan mimpi aku lewat-lewat kata-kata yang diharapkan bisa memotivasi aku. Aku sudah menunggu-nunggu tafsiran itu keluar dari mulutnya. Sayang tidak. Beliau malah membuka buku kecil yang ternyata sudah dipegangnya. Mata beliau berkeliaran mencari dari satu halaman ke halaman lain. Mata ku pun mengikutinya, penasaran. Aku intip sampul depan bukunya, mencari tau judul bukunya. Kosong. Cuma warna putih yang ternyata itu adalah kertas sampulnya. Mataku terus beralih pada isi tulisan di halaman yang sedang dibuka. Tidak ada kalimat sama sekali, cuma ada gambar dan angka-angka. Aku bener-bener nggak tau buku apa itu, maklum masih bocah polos umur 9 tahun. Baru lah setelah beberapa kali mendengar pakde bergumam-gumam sendirian, meluncurlah kata 'togel' dari mulut beliau. OH!

Mata pakde ku berhenti di satu halaman, dan mencatat sesuatu di telapak tangannya. Kembali membaca lagi, lalu mencatat lagi. Beliau menghadap ku, "Mimpi apa lagi?", tanya beliau, masih berusaha menemukan clue lainnya.

"Lupa, cuma inget itu aja pakde..." jawabku sambil mengunyah gorengan. 

Beliau tersenyum cukup puas, lalu menutup bukunya kembali. "Ya udah lanjutkan makannya, nanti kalau kamu inget mimpi apa lagi, langsung cerita ya..."

Dan beliau langsung asyik dengan dunianya sendiri. "Belajar matematika", itu jawabannya jika ada yang bertanya apa yang beliau lakukan. Ya memang benar sih, beliau menghitung-hitung dengan rumus yang entah lah siapa yang menemukannya atau mungkin rumus itu malah dari dunia lain. Bisa jadi. Tapi intinya, dari rumus itu menghasilkan suatu angka, nomor togel. Wajah beliau seketika berubah makin cerah jika sudah berhasil memecahkan hitungannya dan menemukan nomor togel hasil perhitungannya. Bergegaslah pakde ku keluar rumah dan kembali pada siang hari. 

Sepanjang hari biasanya pakde harap-harap cemas. Menunggu hasil nomor togel yang keluar hari itu. Dan setahu aku, beliau selalu tersenyum bahagia. Sepertinya nomor hasil hitung-hitungan rumus dari mimpi aku sering keluar. Tapi aku tidak pernah tahu berapa banyak uang yang beliau dapat hasil dari judi togel itu.

Entah aku harus bahagia atau sedih dengan itu... Tapi semakin beranjak dewasa, kebiasaan pakde ku itu tetap ada setiap kali aku berkunjung ke rumahnya. Dan aku juga makin tidak ada stok mimpi. Lagi pula aku juga tidak mau pakde ku semakin jauh ke dalam hal negatif.

Pakde ku memang orang yang tradisional, masih memegang kuat adat istiadat dan berbagai kepercayaan lainnya. Beliau juga masih menaruh sesaji di rumah dan sering kali mandi di kali tiap malam jumat dengan bunga tujuh rupa. Beliau selalu bangga karena ritual-ritual yang beliau lakukan membuatnya awet muda. "Yah kalo ganteng sih nggak papa tetep awet muda", begitu goda ku setiap kali pakde membicarakan kebiasaannya itu. Hahahahaa... 

Apapun itu, semoga pakde ku yang aku sayangi itu segera dilunakkan hatinya yang keras agar bisa menerima segala petunjuk yang benar agar hidupnya lebih berkah, agar mau mendengar nasihat-nasihat baik dari keluarga besar, agar segera sadar bahwa perbuatan-perbuatannya itu musyrik. Kami semua menyayangimu pakde, kami cuma ingin pakde kembali ke jalan yang benar...