photo ppcopy-1.png

Friday, October 17, 2014

Know Me More

Sekitar sebulan yang lalu aku sempat berjanji untuk bertemu seorang teman lama di sebuah kafe kecil. Aku datang lebih awal karena harus menemukan dulu kafe-nya. Ternyata cukup mudah menemukannya karena terletak di jalur angkot. Kafe yang aku datangi ini sepi karena mungkin sudah lewat jam makan siang. Aku melihat ke sekitar kafe dan memutuskan memilih tempat duduk di area luar, agar mudah melihat kedatangan teman saya. Sekitar setengah jam  menunggu, akhirnya teman lamaku itu datang juga. Dia tidak datang sendirian, ada seorang temannya lagi yang ikut menemaninya. Aku belum pernah bertemu dengan temannya ini. Walau begitu, kami tetap bisa mengobrol dan berbaur dengan enak.

Aku memesan jus pisang kesukaanku dan sebuah cake double chocolate untuk menemani mengobrol bersama teman lama dan teman baruku ini. Banyak hal yang kami obrolin, mulai dari tentang cerita masa lalu, teman-teman lama yang sudah menikah, bisnis hingga urusan percintaan. Sudah lama aku nggak mengobrol lama dengan teman lama, dan itu memberikan sensasi menyenangkan. Sekitar dua jam kami mengobrol, kami memutuskan untuk menyudahi pertemuan ini, dan berencana untuk kembali bertemu.

Sekitar seminggu yang lalu, aku kembali bertemu dengan mereka berdua lagi. Namun kali ini aku menemani mereka berbelanja untuk keperluan wisuda mereka. - so sick, to hear this... - Congratulation, I said.... :)
Kami berbelanja di pasar baru untuk memilih bahan dan lain-lain. Mereka berniat untuk menjahit kebaya sendiri. Ya, sekalian survey buat wisuda aku ntar... Setelah lama memilih sana-sini, tawar sana-sini, galau motif, akhirnya kami kelar juga. Dua jam setengah waktu kami habiskan. Lumayan cepat lah, karena dalam waktu segitu semuanya sudah beres dan tidak perlu balik lagi besok.

Sebelum pulang, kita mampir ke Ampera untuk makan dan istirahat. Capek tapi senang, karena bisa menghabiskan waktu dengan membantu teman, walaupun bantuin belanja, hahahaaa... Wajah mereka pun lega dan terlihat excited dengan belanjaan mereka. Sambil makan, kami mengobrol semengalirnya, sederas cucuran keringat yang tetap belum hilang walau sudah dilap dan ruangan yang ber-AC juga. Bandung semakin panas saja akhir-akhir ini...

Sang sahabat baru yang duduk berhadapan dengan ku tiba-tiba nyeletuk. "Aku masih surprise sama kamu, Sov..." Hah? Mataku langsung terbuka lebar, tertarik dengan pernyataannya.

"Apa maksudnya?", tanyaku. Mataku memutar karena tidak mengerti maksudnya. "Kalo ternyata aku ini cantik? hehehee...", sambarku.

Dia tertawa. Padahal aku berharap dia berkata, "Iya" atau "kalo masalah kamu cantik mah, udah nggak surprise lagi", heheee.... Grrrrr...

Dia menyeruput dulu minumannya sebelum akhirnya menjelaskan apa maksudnya.
"Pas pertama kali ngeliat kamu, sebelum kami masuk ke kafe dulu, aku pikir kamu tuh orangnya angkuh, sombong, agak judes. Tapi pas kenalan, ternyata kamu ramah banget, walau kita baru kenal tapi kamunya nggak ngebedain. Setelah mengobrol lama, yang awalnya aku juga jadi ikut canggung gara-gara kesan pertama yang aku tangkap dari kamu, akhirnya malah bocor gini, hahahaaa... Ternyata kamu baik, cerewet dan apa adanya banget. Namun makin kenal kamu, aku makin ngerasa, walaupun kamu ramah banget, terbuka sama orang, tapi ternyata kamu tu introvert... Nggak mudah buat nerima orang lain masuk ke kehidupan kamu walau kelihatannya kamu terbuka banget. Kamu juga suka iya-iyain pendapat orang lain atau saran orang lain, sambil senyum dan terkesan 'saranmu benar', padahal sebenarnya kamu tetep keukeuh sama pemikiran kamu yang entah benar-benar sepikiran atau nggak sama orang itu. Kamu juga ternyata mandiri banget, terlalu mandiri malah, padahal aku pikir kamu itu manja orangnya."

Dia tertawa lagi sambil menyeruput kembali minumannya sampai hampir habis. Aku tertawa kecil.

"Jangan cuma kamu iya-iyain ya pendapatku ini", lanjutnya.

"Nggak kok, kali ini kamu emang bener. Aku tuh emang sebenarnya introvert banget. Aku bisa diam di rumah berhari-hari tanpa berhubungan dengan siapapun dan gak pake ngeluh. Malah menikmati. Aku bisa enjoy dengan diri aku sendiri. Tapi aku jadi ngerasa anti sosial banget, gak peka, egois. Padahal aku punya sisi ramah dan pengen jadi pusat perhatian orang lain. Sisi ini yang coba berontak kalau aku udah keterlaluan introvert-nya. Makanya kadang aku suka nge-push diri sendiri buat sosialisasi sama orang lain. Entah itu sekedar ketemuan kayak hari ini. Padahal akunya karena udah nyaman sendirian, suka takut untuk bertemu orang baru, lingkungan baru bahkan dengan orang-orang di masa lalu pun kadang aku takut. Takut ngerusak kenyaman itu. Yaah, bersosialisasi dengan orang lain penting kalau kita mau bertahan hidup. Bener nggak?", jawabku panjang lebar.

"Kita emang nggak bisa hidup sendirian.", jawab temanku yang sedari tadi hanya mendengarkan.

Well, kita emang nggak bisa hidup sendirian. Seberapa tangguh pun aku berdiri sendiri, aku akan jatuh jika tidak ada support dari orang lain. Itu yang bersyukurnya, aku pahami. Aku harus setidaknya memiliki hubungan baik dengan keluarga dan sahabat. Seperti yang aku katakan di atas, aku sebenarnya suka merasa takut untuk menghadapi lingkungan baru dan orang baru, apalagi jika aku sudah terlalu lama hidup di dunia introvert-ku. Tapi seiring dewasanya aku, aku belajar untuk mengatasi rasa takut itu. Fear is doesn't exist. Yang ada adalah tidak adanya keberanian. Agar keberanian itu tidak nol, maka ada perlu usaha yang terkadang nggak mudah. Bahkan terkadang keberanian itu muncul tidak terduga jika sudah menyangkut tentang survival. Beberapa tindakan yang aku lakukan untuk membangkitkan keberanian dan kepercayaan diri :

Tentukan tujuan, fokus utama
Sebelum melakukan sesuatu hal, sebaiknya kita menentukan tujuan kita, untuk apa kita melakukan sesuatu yang menakutkan kita itu. Itu akan membuat kita menjadi fokus pada tujuan dan mengesampingkan rasa takut yang suka mendera kita. Padahal hal-hal yang menakutkan itu belum tentu terjadi.

Cari hal-hal yang membuat kita percaya diri
Carilah sesuatu pada diri kita yang membuat kita percaya diri dan menghargai tinggi diri kita. Bisa berupa skill, kepribadian, atau penampilan. Aku akan berjalan dengan berani dan percaya diri serta menilai diri sendiri berharga, kalau aku tampil menarik dengan pakaian yang menurutku menarik, dengan wajah yang segar dan cantik juga pembawaan ramah yang aku miliki.

Perbanyak wawasan
Banyak tau berbagai hal tapi bukan sok tahu, membuat kita bisa berbaur dengan orang lain. Perbanyak membaca berita dan buku. Walaupun introvert, upayakan tetap terkoneksi dengan dunia luar lewat pengetahuan. Sekedar mengetahui apa yang sedang menjadi tren, bisa membuat kita lebih berani menghadapi dunia luar.

Aku yakin tiap orang punya cara masing-masing untuk mengisi keberanian mereka. Tapi intinya sesuatu hal yang menakutkan buat kita, terkadang layak untuk dicoba. :)



No comments:

Post a Comment