photo ppcopy-1.png

Thursday, October 23, 2014

Two Side of Pride


"Bangga dengan produk dalam negeri". Tagline ini yang sekarang ramai disebarluaskan di masyarakat agar lebih mencintai produk dalam negeri. Kita harus merasa bangga akan produk lokal asli Indonesia yang kualitasnya tak kalah dengan produk luar negeri. 
Tapi yang akan saya bahas bukan masalah kualitas produk dalam negeri. Ini tentang kata 'Bangga'. Kata yang sangat dinantikan oleh seorang anak dari orang tuanya, kata yang akan membakar semangat seorang pria jika disampaikan oleh pacarnya yang cantik, kata yang membuat diri kita lebih merasa besar. 
Saya pun begitu. Saya adalah tipe orang merasa bangga dengan apapun milik saya dengan kadar lumayan akut. Mau itu barang, manusia, hewan, sifat, hasil karya, ide, dan lain-lain. Tak peduli kalo ternyata sesuatu milik saya itu lebih jelek atau memang lebih baik. Nyatanya, saya selalu bisa menemukan kelebihan dari sesuatu milik saya itu dan menemukan kekurangan dari sesuatu yang menjadi pembandingnya. Saya bisa sangat menutup mata akan kekurangan dari sesuatu milik saya itu dan terus membanggakannya, sombong bahkan sekaligus pamer. Bad habit!
Suatu hal pasti memiliki dua sisi, baik dan buruk. Memiliki rasa bangga pun juga begitu. Sisi baiknya adalah kita bersyukur dengan apa yang kita miliki. Sedangkan sisi buruknya adalah sombong dan pamer. Jika kita bersyukur, kita akan menjadi orang yang rendah hati. Namun, jika kita sombong dan pamer, maka kita akan menjadi orang yang tinggi hati. Rendah hati adalah obat hati, sedangkan tinggi hati adalah penyakit hati. Ingat jaman pelajaran waktu SD, tinggi hati adalah penyakit hati yang harus kita hindari. Ini bukan serta merta teori semata. Semua agama melarang kita untuk memiliki sifat tinggi hati. Efek nyata yang tidak ada baik-baiknya, jelas sudah sangat banyak terjadi. Dari mulai efek sosial hingga efek kriminal.
Memang tidak mudah untuk menghindari sisi buruknya, karena terkadang hal itu muncul secara spontan. Saya pun juga masih berusaha untuk mengontrol diri. Walau susah, tapi bisa kita redam agar tidak berbelok ke sisi buruk. Untuk menghindari sisi buruk dari suatu rasa bangga, maka hal yang pertama adalah mengubah mindset kita dengan membuka mata dan pikiran kita agar lebih peka terhadap sekitar. Kedua adalah menahan mulut kita agar tidak terlalu banyak bicara, bicaralah sesuatu yang berguna. Kasihan jika mulut kita memiliki banyak dosa... Ketiga, sering-seringlah introspeksi diri. Keempat, perbanyak sedekah. Jangan remehkan kekuatan sedekah, jangan pula menertawakannya, karena mungkin akan banyak hal ajaib terjadi setelah kita bersedekah. Sedekah juga membuat kita lebih mudah bersyukur. Kelima, jelaslah kita harus terus perbanyak ibadah kepada Tuhan, karena kita tidak tahu kapan usia kita akan berakhir. Tentu kita tidak mau menyia-nyiakan usia kita dengan diisi oleh rasa tinggi hati dan usaha untuk mendapat perhatian orang lain.
Langkah-langkah di atas memang tidak mudah, saya pun merasakannya untuk menyembuhkan penyakit hati yang saya derita ini dengan obat hati syukur. Namun tak akan rugi kok. Hidup jadi lebih jadi lebih nyaman, bahagia dan tanpa beban. Buatlah diri sendiri dan orang-orang yang kamu sayangi bangga pada dirimu tapi tetap rendah hati dan bersyukur.

No comments:

Post a Comment