photo ppcopy-1.png

Monday, April 12, 2010

The Regret of me...

Jika ditanya Hal apa yang kau sesali selama hidupmu? Jawaban saya, Banyak. Banyak hal yang aku sesali. Dan walau pun menyesal, terkadang saya masih sering mengulangi hal bodoh itu lagi. Yang paling sering saya ulangi adalah dimana saya sering tidak memanfaatkan waktu yang ada. Itulah saya. Ingin sekali menghilangkan hal itu. Namun terkadang, ide cemerlang justru datang di waktu sempit. Sehingga, akhirnya jadi kebiasaan.


Jika ditanya Hal apa yang paling kau sesali selama hidupmu ini? Jawabannya hanya satu. Saya menyesal atas kepergian My Dearly Beloved Sister. Sheila Sofi. I really-really love her so much!! Ini adalah penyesalan tiada tara.


Saya memiliki prinsip tentang penyesalan. Dimana penyesalan itu ada di belakang, dan saya hanya akan berjalan ke depan tanpa melihat penyesalan itu. Karena melihat ‘penyesalan’ yang telah saya buat hanya akan membuat saya malas untuk melangkah maju, malas untuk mencoba sesuatu lagi. Mending tetap berjalan ke depan dengan tenang tanpa khawatir tanpa penyesalan.


Saya pernah mengatakan hal ini kepada ibu saya, saat ibu saya menceritakan kisah hidupnya. Dia bilang kita harus tetap melihat ke belakang, agar tidak melakukan hal salah yang sama lagi. Ya, itu benar. Secara otomatis kita akan langsung ingat untuk tidak melakukan hal yang sama saat kita berusaha mencoba lagi agar tidak salah yang kedua kalinya. Tapi menurut saya itu adalah pengalaman bukan penyesalan. Pengalaman bagi saya adalah hal yang harus saya ingat agar menjadi benar, baik pengalaman pribadi maupun orang lain. Apa gunanya suatu pengalaman jika saya tetap salah?!


Namun penyesalan adalah hal yang membuat saya jatuh. Ketika saya mengucapkan kata penyesalan, maka saya akan jatuh. Oleh karena itu, setiap kali ucapan “ Saya menyesal” tak sengaja terucap, maka saya akan membuang jauh-jauh kalimat itu. Saya benci kata-kata itu!


Menyesal ya udah…cukup sekali saja diucapkan. Toh menyesal, tak akan mengembalikan apa-apa atau memperbaiki apapun. Malah akan semakin membuat sakit hati. Yang penting kita tetap menjalani hidup, menghadapi apa yang akan terjadi akibat dari hal yang membuat kita menyesal dan membuang jauh-jauh penyesalan itu. Pokoknya jangan hidup dalam penyesalan.


Namun penyesalan akan kepergian Sofi, gak bisa saya lupakan. Dan tidak akan saya lupakan. Penyesalan yang begitu besar.


Saya menyesal. Saat dihubungi ibu saya bahwa Sofi sakit. Saat itu saya memang khawatir. Namun, karena saya orangnya terlalu easy going, saya tak menganggap besar masalah itu.


Saya menyesal. Saat Sofi sakit, saya hanya berpikir, Sofi uda dibawa ke Rumah Sakit, sembuh, pulang ke rumah, selesai. Happy end. Saya masih belum sadar jika dia sakit parah, karena sudah dibawa ke rumah sakit besar. Sebelumnya dia dirawat di Rumah Sakit PangkalanBun, lalu dirujuk ke Rumah Sakit Surabaya karena sudah tidak bisa ditangan oleh rumah sakit sebelumnya.


Saya menyesal. Saya menyesal. Tidak mendoakan lebih banyak, tidak meminta dengan lebih keras lagi kepada Tuhan agar Sofi sembuh.


Saya menyesal. Tidak segera menemui dia saat dia di rumah sakit.


Saya menyesal. Membuat Sofi menunggu kedatangan saya.


Saya menyesal. Tidak bisa menemui dia di saat terakhir.


Saya menyesal. Tidak bisa menemani dia di rumah sakit.


Saya menyesal. Mengapa dia yang harus pergi?! Seharusnya saya saja, agar tak banyak orang yang bersedih. Karena semua orang mencintaimu.


Saya menyesal. Akan semua Penyesalan-penyesalan yang saya dapatkan.


she is...

No comments:

Post a Comment